Saat itu Kunthi baru saja menikah dengan Pandu, beberapa hari kemudian Pandu ikut perang, Pandu pun memenangkan peperangan, Pandu kembali ke Hastinapura bersama dengan seorang Putri dari Kerajaan Madra yang dikalahkannya karena raja Madra sudah berjanji barangsiapa memenangkan perang melawan kerajaannya maka akan dinikahkan dengan putrinya yaitu putri Madrim ...
Hati Kunthi pun seakan tercabik-cabik, galau tiada tara ... namun lambat laun kunthi belajar untuk menerima Madrim hidup berdampingan dengan suami "bersama" yaitu pandu, dan akhirnya mereka memiliki anak-anak yang diberkati oleh dewa-dewa dengan julukan Pandawa.
Ke-"shalihah"-an kunthi selama melayani guru "mursyid" nya yaitu Resi Druwasa, berlanjut pada ke-shalihah-annya ketika sedang diuji bersama sang suami & sang madu, hidup terasing di hutan lagi, beberapa tahun kemudian suaminya bersama dengan istri madu-nya wafat, tinggallah Kunthi hidup bersama anak-anaknya yang masih butuh bimbingan dan menyambung hidup.
Menginjak awal kehidupan remaja, anak-anaknya pun dipaksa untuk meninggalkannya karena harus menempuh pendidikan alias "mondok".
Dalam kisah Mahabharata, Pandawa & Kurawa pada Mondok di tempatnya Guru Drona sampe beberapa tahun. Tradisi mondok ini juga dikenal di dalam kisah Ramayana, Sri Rama, dan adik-adik nya juga pernah menempuh pendidikan (mondok) di tempatnya Resi Wasista sampai masa remaja.
Jadi, Tradisi mondok yang kurang dikenal masa Rasulullah saw. adalah Tradisi orang Hindu yang diadaptasi orang Islam khususnya di Jawa, sama dengan Tradisi Tahlilan ... (Jare Tonggo Sebelah)
piye coba ... ?? *hidup seperti cerito wayang ...
0 komentar:
Posting Komentar