Ngapunten, Kopinya monggo Bawa Sendiri

Napak Tilas Pangeran Diponegoro

Edisi Napak Tilas Panjenenganipun,

Mbah Kyai Bendoro Raden Mas Abdul Hamid Ontowiryo Musyatahar Herucokro Senopati ing Ngalogo Sayidin Pranotogomo Amirul Mukminin Khalifatullah Tanah Jawi Pangeran Diponegoro bin Sinuhun Gusti Kanjeng Sultan Hamengkubuwono III
Lahir : Kaputren, Keraton Ngayogjakarta Hadiningrat

Saat kelahirannya, beliau dibawa kepada pendiri keraton Jogja yaitu Prabu Mangkubumi dan beliau seakan melihat masa depan di wajah Bayi kecil itu dengan mengatakan pada ibundanya "anak ini akan banyak membawa kehancuran lebih besar dari pada yang pernah aku lakukan pada Belanda di masa perang Giyanti, tapi penghabisannya wallaahu a'lam".

Pada usia 7 tahun beliau dibawa oleh eyang buyutnya, dalam sebuah gubug di tengah sawah, waktu itu kediaman di Tegalrejo belum didirikan, ini merupakan sesuatu yang luarbiasa, karena di lahirkan di lingkungan istana sebagai seorang anak sultan, namun menghabiskan masa kanak-kanaknya di desa dengan kehidupan yang tidak biasa, memasuki usia muda dididik sebagai seorang santri yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk mendalami ilmu agama, blusukan sana-sini dengan berjalan kaki, tidak pernah mengendarai kendaraan (kuda, andong, atau yang lain).


Riwayat Nyantri :

Konon, disini beliau pernah  menghabiskan masa nyantri, di pesantren yang bernama Gebang tinatar, diasuh oleh Kyai Hasan Besari, disini pula beberapa tokoh besar pernah "ngangsu kaweruh" termasuk diantaranya seorang pujangga keraton Surakarta terkenal yaitu Raden Ngabehi Ronggowarsito. 

Sempat pula menimba ilmu Kitab kuning di tempatnya Kyai Tiftazani, Kertosuro. Kemudian sempat mendalami Tafsir Jalalain kepada Kyai Baidlowi, Bagelan, Purworejo. Dan satu lagi, beliau menyempatkan mengaji tentang ilmu hikmah kepada Kyai Nur Muhammad, Ngadiwongso, Salaman, Magelang

Beliau seorang Pemimpin yang diasah memang sebagai seorang pemimpin beliau diasah dalam hal administrasi, keuangan, pengelolaan produk yang sebagian merupakan produk pertanian, yang setiap tahun di bawa diperdagangkan ke daerah pesisir, khusunya daerah Bima dimana kakek buyut beliau berasal.

Beliau juga melakukan ritual (menyepi/bersemedi/khalwat) di laut kidul, di parangkusumo tepatnya disana beliau mendapatkan sebuah wangsit/ilham yang menggambarkan suatu silsilah trah beliau beserta suatu ramalan takdir masa depan beliau, yang kemungkinan ditengarai dari seorang dalam wangsitnya itu adalah Sunan Kalijogo (menurut Peter Carey) yang sempat mengatakan kepada Diponegoro “wiwit rusaking tanah jawa ing mongso telung tahun” 3 tahun yang merupakan awal kerusakan tanah jawa, dan kamu Abdul Hamid akan disejajarkan dengan para leluhur tapi hanya sebentar.

Berdasarkan pada peninggalan yang ditemukan di Magelang, yaitu Qur’an, Tasbih dan Kitab Fiqih Taqrib matan Abu Syuja’ beliau adalah seorang islam bermadzhab syafii, dan seorang sufi penganut Thoriqoh yang menurut Habib Luthfi bin Yahya beliau merupakan mursyid Thoriqah Qadiriyah Naqsyabandiyah, disudut yang lain seorang pengamat sejarah barat Peter Carey menuturkan bahwa melihat salah satu tulisan (semacam) jimat/ruqyah yang pernah ditulis oleh Diponegoro mencirikan seorang penganut Thariqah Naqsyabandiyah – Syattariyah tentang jalan pengaturan nafas saat berdzikir.

Suatu ketika Diponegoro mendapat suatu bisikan atau mungkin semacam “Haatif (suara tanpa rupa) yang memanggilnya, dan menyerukan sebuah tugas yang dijawab oleh beliau “jangan saya, saya tidak berdaya untuk tugas ini” , suara itupun menimpalinya “tidak bisa, tidak ada yang lain lagi, kaulah yang harus melaksanakannya, jika ada yang menanyakan legalitas tugas ini, maka jawablah bahwa Al-qur’an legalitasnya” , maka setelah itu Diponegoro mulai menyerukan perang sabil dengan landasan “Mangun luhuripun agama islam wonten ing tanah jawa sedaya” (Membangkitkan agama islam di seluruh tanah jawa), selanjutnya selama 5 tahun beliau menjalani peperangan besar melawan Belanda, dan tercatat telah menghabiskan banyak kas kerajaan negeri Belanda.

Beliau di ibaratkan seperti seorang Karna dalam cerita Mahabharata, yang sebenarnya telah mengetahui bahwa dia tidak akan mendapatkan kemenangan dalam perang tapi dia tetap melaksanakan “Dharma” sebagai salah satu usaha/ikhtiar yang baik untuk dicatat sebagai tauladan bagi generasi mendatang.



------- 

Silsilah nasab Pangeran Diponegoro, menurut catatan penelusuran Raden Ayu Linawati (ranji.sarkub.com), versi keluarga Kajoran, sbb : 

Pangeran Diponegoro (Raden Mas Sayyid Ontowiryo / 11 Nopember 1785) bin Sri Sultan Hamengku Buwono III (+ Raden Ayu Mangkarawati Pacitan) bin Sri Sultan Hamengku Buwono II bin Sri Sultan Hamengku Buwono I (Pangeran Mangkubumi) bin Kandjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Djawi ing Kartosuro (Susuhunan Prabu Amangkurat IV) bin Pangeran Puger (bergelar KS. Paku Buwono I ing Surakarta Hadiningrat) 

... (sampai sini ada perbedaan versi, dibawah ini lanjutan versi keluarga Kajoran yang dimuat RA Linawati, di Ranji sarkub) ...


bin Pangeran Harya Wiramenggala I ( Menantu Pangeran Kajoran ) sinare ing Dalem Kajoran Klaten bin Panembahan Raden Sinare ing Dalem Kajoran Klaten (+ Raden Ayu Panembahan Raden Kajoran) bin Pangeran Mas Putra Adipati Pajang (terkenal dengan sebutan Mbah Sambu Lasem) bin Pangeran Benowo (Sultan Prabu Adiwijaya I) bin Sultan Hadiwijaya / Jaka Tingkir (+ Ratu Mas Cempo binti Sultan Trenggono Demak) bin Raden Kebo Kenongo / Sultan Prabu Wijoyo I (+ Nyai Ageng Penging Binti Sunan Lawu) bin Adipati Andayaningrat / Kyai Ageng Penging Sepuh / Syarif Muhammad Kebungsuan II bin Sayyid Maulana Malik Ibrahim Asmoroqandi / Syech Samsu Tamres bin Sayyid Maulana Malik Ibrahim Asmoroqandi / Syech Samsu Tamres bin Sayyid Syaikh Jumadil Qubro (Jamaluddin Akbar Al-Khan) bin Sayyid Ahmad Shah Jalal (Ahmad Jalaludin Al-Khan) bin Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan bin Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan bin Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India) bin Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut) bin Sayyid Ali Kholi’ Qosam bin Sayyid Alawi Ats-Tsani bin Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin Sayyid Alawi Awwal bin Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin Sayyidina Muhammad Al Baqir bin Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin bin Al-Imam Sayyidina Hussain bin Fatimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad SAW.


---------------------- 

Galery Diponegoro 


Dua Versi Sketsa Wajah P. Diponegoro
Surat Mandat yang ditulis Diponegoro pada masa Perang


Cara pernafasan Thoriqah yang di anut P. Diponegoro


























































-------------------------
** Saya alih sesuaikan dari berbagai sumber, diantaranya : 
https://www.youtube.com/watch?v=SReQh96yY58
- Beberapa Ceramah Kyai Chalwani, Purworejo
- situs file UNESCO : http://www.unesco.org/fileadmin/MULTIMEDIA/HQ/CI/CI/pdf/mow/indonesia_netherlands_babad_diponegoro.pdf 
- situs file Kemendikbud : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2013/07/ICSSIS-Presentation-Yogyakarta-13-June-2013.pdf 
http://ranji.sarkub.com/sejarah-peteng-silsilah-nasab-pangeran-diponegoro-raden-mas-sayyid-antawiya-versi-keluarga-kajoran/




Share:

Related Posts:

4 komentar:

  1. Saya pengagum Diponegoro
    terimakasih atas postingan yg bermanfaat ini

    BalasHapus
  2. Saya pengagum Diponegoro
    terimakasih atas postingan yg bermanfaat ini

    BalasHapus
  3. Apakah Anda dapat menjelaskan mengenai KAIN SARUNG yg diselendangkan Pangeran Diponegoro?

    BalasHapus
  4. Apakah Anda dapat menjelaskan mengenai KAIN SARUNG yg diselendangkan Pangeran Diponegoro?

    BalasHapus

Menu Es Campur

F